Wednesday, March 16, 2011

Secangkir Kopi Dingin

 
Secangkir kopi panas yang sudah jadi dingin masih terhidang kaku di hadapanku. Baru kusadari, sudah cangkir ketiga saat pelayan mengangkat cangkir kedua. Coffee latte menggenang pada setengah cangkir, dengan foam susu menempel pada dindingnya. Belum siap lidah mengecapnya lagi. Aku hanya memperhatikan. Aku tahu pelayan-pelayan itu jg memperhatikanku,karena hanya aku wanita satu-satunya diantara kursi kosong di beranda kafe. Sudah pukul sebelas hampir setengah malam. Kafe sudah sepi dari setengah jam sebelumnya,tapi aku belum berniat untuk beranjak. Pengunjung tak banyak berlalu-lalang,karena pagi-pagi besok mereka harus berangkat kerja.
Sekali lagi, angkat tanganku untuk memesan secangkir lagi. Tak lama datang sebuah lagi menemani cangkirku. Menemani lamunan malamku di bawah langit di jalan sudirman. Tak bergeming. Perlahan membawaku kembali tersenyum untuk mengingatkan sesuatu.

Di bawah langit malam,di pinggiran jalan sudirman,dia sudah menungguku datang. Seperti biasa, sebuah cangkir kopi dan segelas teh panas berjejer di meja.

"Maaf,aku telat" dia tidak menjawab,hanya tersenyum. Lalu menyeruput kopi panasnya yang sudah dingin. Pasti sudah lama dia menungguku, kopinya masih penuh dan tak mungkin diseruputnya karena aku paham, dia tak suka kopi panas. Sedangkan aku lebih suka teh panas.
"Sebulan lagi aku berangkat" bisiknya sambil mengusap bibir atasnya dari foam susu dengan tissue.

Oh tuhan,sebulan akan terasa begitu cepat.aku belum siap jauh darinya. Apalagi setengah tahun dari sekarang aku harus mempersiapkan hari besar kita. Tapi aku tahu, dia harus pergi biar sebentar.

Aku pura-pura tidak tertarik,lalu ku buat dia larut dalam pembicaraan lain. sama seperti malam-malam yang lain,kami menikmati saat seperti ini. Menghabiskan separuh malam hanya berbicara. Tentunya dengan beberapa gelas teh panas dan kopi panas yang sudah dingin.

Benar saja,sebulan berlalu cepat. Dia sudah begitu saja pergi. Dan aku sudah melihat malam begitu lambat dari jendela kamar. Diteras depan, gelas teh panas tak lagi ditemani kopi dingin. Sehingga teh dalam gelas juga mendingin. Sudah lama aku tak melihatnya,bayangan pun tidak. Lalu hanya suara langkahku sendiri yang bisa kudengar. Oh tuhan,aku merindukan dia..

Di bawah langit malam,di pinggiran jalan sudirman, aku duduk di sini. Sendirian. Sepasang kopi dingin menemaniku, teh panas tak lagi menemaninya. Aku seruput sedikit-sedikit sampai dasar cangkirnya terlihat. Pelayan-pelayan itu masih diam-diam memperhatikan aku.
Aku menangis. Entah dari mana asal air mataku jatuh. Terus mengalir melewati tulang pipi sampai dagu. Lalu jatuh memalu,meninggalkan bulatan,merembes pada rok kerjaku. Satu..dua..dan terus menetes hingga aku merasakan pahaku dingin. Dan sekujur badanku ikut-ikutan dingin. Aku, si perempuan tegar di mata mereka ternyata tak lebih kuat dari kelihatannya. Rasanya ingin ku banting cangkir-cangkir ini sampai pecah tak karuan. Ingin aku meraung-raung, berteriak sampai tipis pita suaraku.
Aku helakan nafas yang tak beraturan. Tak aku habiskan kopi yang sudah dingin sampai seperempat cangkir.

Lampu kafe sudah diredup,hanya lampu jalanan yang menjaga malam sedikit terang. Sudah begitu larut. Namun sebuah suara sms menundaku untuk beranjak. Aku buka folder inbox. sahabatku lagi-lagi mengirimkan pesan yang kesekian kali.
"Jangan terlalu larut ya sayang,ikhlaskan dia. Supaya tenang di sisiNya"
Ku tutup kelopak mataku untuk menghentikan aliran air dari dalam kantung mata. Sekejap, air mataku berhenti mengalir. Tanpa merapikan bedak yang terlanjur luntur, aku pulang.

Oh Tuhan,tolong sampaikan padanya. Sementara waktu, aku akan di sini sendiri. Entah sampai kapan,aku harap selamanya. Tapi hati dan pikiranku yang memanas akan kubiarkan menjadi dingin, seperti kopi kesukaannya.

Bintaro, Kamar

13 November 2010

2 comments:

  1. based on treu story?
    kok endingnya sedih sih>> :'(

    ReplyDelete
  2. lebih tepatnya inspired by true story hehe.. tapi ceritanya berevolusi jadi khayalan.
    Ending sedih itu membuat kita berusaha untuk bangkit, membuat kita bersyukur, membuat kita lebih dewasa, dan yang terpenting membuat kita penasaran kebahagiaan.

    ReplyDelete