Wednesday, March 2, 2011

Catatan Kecil




Hari ini biru langit perlahan memudar tertutup awan. Sesekali gemuruh petir bersahutan. Besutan kilatnya mencabik-cabik langit ke segala arah. Hembusan angin timur menampar rambut hitam yang terurai menutupi wajahnya, basah karena air mata. Tak terdengar isak tangis walau sedikit. Hanya air mata yang terus menuruni pipinya, perlahan terjatuh berlinang memecah tanah merah tempatnya bersimpuh. Diketukkan tangan beberapa kali ke atas gundukan tanah merah dihadapannya. Tanah itu berjatuhan disela-sela jemari tangan yang semakin kuat meremasnya.

Rabu, 27 Februari
Seperti biasa aku menunggu tanpa hasil. Tapi, hari ini terasa cepat berlalu. Mungkin karena ada yang menemaniku walau hanya sejam. Tapi cukup menyenangkan bersamanya hari ini. Yah, walau tak semenyenangkan bertemu dia. Mudah-mudahan Gea tidak sadar aku sedang menunggu seseorang. Andai saja dia kenal dengannya. Paling tidak tau namanya. Ya ampun, sudah tiga minggu belum juga ku dapat namanya. Such a misterious girl! Apa aku yang misterius? Sudahlah, semoga besok lebih beruntung.

Jumat, 29 Februari
Ah, aku tak tau apa aku sanggup menjalani beberapa bulan ke depan. Wah, hari ini hari yang langka. Hari yang datang 4 tahun sekali. Tak aku sangka Teddy menyukainya! Tapi biarlah, paling tidak aku mempunyai 2 teman untuk menunggu. Aku bisa lihat dari matanya walau berkali-kali aku pancing dia untuk mengaku. Sampai malam ini, Teddy berkali-kali menelponku. Aku tahu dia ingin menanyakan sesuatu, sengaja aku pura-pura tidak tahu. Hehe. Maklumlah, seorang Teddy yang perfeksionis akhirnya mulai membuka hatinya. Aku turut senang untuknya. Mungkin aku harus membantunya. Sekarang sudah jam 11 malam tapi belum juga mengantuk. Oh ya, tugas-tugasku belum aku selesaikan. Rasanya 24 jam sehari tidak cukup buatku. Aku harus tidur sekarang.

Senin, 10 Maret
Long weekend kemarin benar-benar menyesakkan. Bahkan libur 3 hari belum cukup buatku.

Selasa, 11 Maret
Arian!!! Nama yang sempurna!!!hahaha...

Jumat, 14 Maret
Hari ini aku menemani Teddy ke toko buku. Membosankan. Ia terus menerus menanyakanku tentang judul skripsi yang ia tulis tapi matanya terus berhenti di salah satu pegawai toko itu. Anak ini benar-benar haus cinta. Hahaha. Aku turut senang untuknya. Sudah beberapa kali ia mengajakku ke toko buku ini. Akhir-akhir ini wajahnya sering kali mengkerut karena deadline skripsinya semakin dekat. Tak ada salahnya membantunya.

Sabtu, 15 Maret
Sebenarnya aku sudah terlalu mengantuk untuk menulis ini, tapi sudahlah. Toh hari ini harus aku ingat. Paling tidak ada orang yang tau nantinya. Well, keberuntungan rupanya masih akrab denganku. Cukup menyenangkan midninght dengan Arian. Walaupun nonton bareng anak-anak tapi aku senang. Aku tak bisa bayangkan jika mereka tau aku menyukainya. Tapi mulut ini hampir keceplosan, aku tak sengaja menanyakan kalung yang biasa ia kenakan di kampus. Aku benar-benar gugup. Semoga saja Arian tidak tahu aku memperhatikannya sejak lama. Lewat hari ini aku tahu banyak tentang hatinya. Jangan tanya soal luarnya, aku sudah hafal di luar kepala. Baju, celana, cara ia tersenyum, semuanya aku hafal! sepertinya aku benar-benar menyukainya. Ia orang yang supel. Sama seperti yang aku bayangkan. Senang sekali melihatnya tertawa.

Minggu, 16 Maret
Semalam ia memberiku no HP-nya, tapi aku masih takut meneleponnya. Mama membujukku untuk pergi ke Singapura. Ah, biarlah. Satu-satunya yang masih aku perduli adalah bagaimana caranya menguatkan hatiku untuk menelponnya.

Kamis, 27 Maret
Kemarin aku mencoba menelponnya tapi rasanya mulut ini tak mampu mengeluarkan kata, jadi ku matikan saja. Semoga ia tidak tahu. Sudah berminggu-minggu aku melewati hari tanpa melihatnya sedetik pun. Hanya Teddy dan teman-teman yang lain datang melihatku. Aku senang mereka masih mengingatku. Sebenarnya.....

Jumat, 28 Maret
The best Birthday party ever!! Dia datang semalam!! Ternyata Teddy sudah mengetahui sejak awal. Dia tahu semuanya. Aku menunggunya setiap hari, aku menyukainya. Teddy tau semua! Ia memberiku kejutan. Teddy membawanya ke sini untuk menjengukku. Aku senang sekali!

Senin, 1 April
Hari ini sudah larut. Suara dengkuran dari mulut Teddy disampingku membuatku terus terbangun. Sepertinya ia sudah menyelesaikan bab 3 skripsinya. Laptop-nya masih menyala di pangkuan. Kasihan, dia terlalu memaksakan. Besok aku akan menyuruhnya pulang. Beberapa miscall di HP sudah terlihat sesak tapi tak satu pun tertera nama Arian. Sepertinya aku merindukan suaranya. Andai saja Arian ada disini, aku rela untuk tidak memejamkan mata semalaman hanya untuk berbicara dengannya. Tapi itu mustahil, sekarang sudah jam 3 pagi dan sepertinya ia sedang tertidur lelap di tempat tidurnya. Dan sudah seharusnya aku tidur. Teddy tak juga berhenti mendengkur.

Jumat, 5 April
Teddy tampak muram hari ini. Setiap kali aku bertanya ia selalu mengalihkan pembicaranku. Mungkin ia belum mau bercerita, jadi malam ini aku mengajak Teddy berkeliling. Ia tampak ketakutan. Tapi bukan maksudku menakutinya. Aku hanya ingin berkeliling.

Jumat, 11 April
Aku masih disini. Wangi steril sudah memuakkan! Sudah lama aku tidak menulis lagi. Aku mendengar perbincangan mama dengan Dokter Toto.Aku sedih melihat mama menangis. Ingin sekali aku memeluknya agar ia tahu tidak ada yang perlu ia takutkan. Belum pernah aku merasakan sebulan yang penuh tawa, sebulan yang penuh makna, sebulan yang tak kan aku lupakan. Besok adalah hari penting. Lucunya tepat sebulan aku mengenalnya. Yah, Tuhan mempunyai jalan yang misteri bagi makhluknya. Mungkin ia tak pernah tahu betapa aku menyukainya, betapa kagumnya aku, betapa gugupnya aku, betapa aku lupa tentang diriku karenanya. Aku bahagia. Tuhan, tolong katakan aku menyukainya...

Sabtu, 12 April jam 08.15
Kadang aku merindukan wangi pagi yang menyejukkan, suara rumput bersentuhan, nyanyian burung gereja bersahutan, tebar bintang langit gelap berkilauan, dan senyum yang datang, yang pergi. Kadang aku memimpikan sebuah nafas panjang. Bukankah harapan selalu ada? Bukankah kita selalu bermimpi? Namun kerinduan hanyalah kerinduan. Entah dirasakan lagi atau hanya dikenang. Kelak tak akan ada lagi kerinduan untuknya. Hanya aku. Kerinduan untukku.

Perempuan itu masih duduk di sana. Air matanya masih berlinang. Tangannya tak berhenti memainkan liontin yang menggantung di lehernya. Di dalam pikirannya masih terlintas sebuah buku yang diberikan seorang perempuan setengah baya yang belum pernah ia temui. Ia menitipkan catatan itu sambil berbisik, "Kurasa aku telah menemukanmu, Arian". Pelukannya begitu erat. Arian beritu terkejut mendengar ceritanya. menceritakan bagaimana anaknya begitu menyukainya, diam-diam memperhatikannya, dan menyakinkannya bahwa penyakit yang dideritanya tak membuat hatinya surut. Arian membuat hidupnya lebih lama. Arian memberinya nafas tambahan bagi pendeknya waktu yang dia punya. Arian memberikan sisa nafasnya begitu mudah. Malam itu ia terbaring. Hanya ibu, sahabat dan sebuah catatan yang setia menemaninya sampai cerita terakhir. Buku yang kaya akan kisah namun miskin akan waktu. Tanpa disadari, semua cepat berlalu dengannya. Singkat namun sempurna. Sempurna dari kebahagian dan kesedihan

Terima kasih untuk cintamu yang begitu luas. Sedang aku tak begitu baik mengenal cinta. Tak sadar sedalam apa. Ataupun seluas apa. Terima kasih untuk semua rasa yang kau pendam. Betapapun dalamnya. Terima kasih atas cinta yang tak pernah aku tahu, hingga cintamu tak bisa menyentuh hatiku. Andai aku punya sepotong waktu untuk mengenalmu. Waktu untuk membiarkanmu menyentuh hatiku Semoga cintamu padaku bisa mengingatkanmu pada wangi pagi, tarian rumput di suatu sore, nyanyian burung gereja, malam berselimut bintang, hingga terus membelai rambutmu dikala kau bermimpi. Memeluk hatimu. Meluluhkan tawamu. Dan mengantarkanmu pulang. Terima kasih cinta.

Setitik demi titik embun yang hinggap di awan perlahan menetes ke bumi. Membasahi kertas yang tergeletak diatas sebuah kayu nisan. Luntur karena air. Menyatu dengan tanah merah.

Bintaro, Kamar
26 Maret 2009

No comments:

Post a Comment